Sekarang ini, ada kebiasaan baru setelah jenazah
dikuburkan, yaitu imam atau ustadz dipesankan oleh keluarga orang yang sudah
meninggal itu agar melanjutkan dengan ceramah dikuburan sebelum
rombongan/pelayat pulang dari kuburan. Ceramah atau pesan-pesan agama yang
umumnya disampaikan sekaitan dengan kematian dan persiapan menghadapi kematian,
bahwa kematian itu pasti akan menemui/dihadapi setiap orang didunia ini dan
karenanya, supaya mendapatkan keselamatan dari siksa alam kubur serta
mendapatkan kebahagian didunia maupun di akherat, maka seseorang harus mengisi
hari-hari kehidupannya dengan berbuat baik dan amal kebajikan sebanyak mungkin.
Sebelum rombongan pengiring mayat pulang,biasanya pihak keluarga terdekat
menyampaikan ucapan terima kasih sekaligus penyampaian undangan takziah.
Semalaman, di rumah duka diadakan tahlilan dan khatam Al-Quran, yaitu membaca
al-Quran secara bergantian. Dari sini mulainya bilampenni, yaitu upacara
selamatan sekaligus penghitungan hari kematian yang dihitung mulai dari hari
penguburan jenazah. Biasa dalakukan selamatan tujuh hari atau empat puluh
harinya. Sekarang ini, upacara bilampenni sudah bergeser namanya menjadi tiga
malam saja. Sebagai penutup, pada esok harinya dilakukan dzikir barzanji dan
dilanjutkan santap siang bersama kerabat-kerabat yang di undang.
Dalam adat bugis, apabila salah seseorang
meninggal dunia maka beberapa hari kemudian, biasanya pada hari ketiga,
ketujuh, keempat puluh, hari keseratus atau kapanpun keluarga jenazah mampu
dilaksanakan satu upacara adat yang disebut mattampung, dalam upacara adat ini
dilakukan penyembilan sapi. Upacara adat mattampung akan dibahas khusus di
artikel kampung bugis selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar