Setelah tiang berdiri seluruhnya, maka disediakan
pula sejumlah bahan – bahan yang akan disimpan di posi bola seperti
kain kaci (kain putih) 1 m, diikatkan pada posi bola, padi
dua ikat, golla cella (gula merah), kaluku (kelapa), saji
pattapi (nyiru), sanru (sendok sayur), piso (pisau), pakkerri
(kukur kelapa). Bahan–bahan ini disimpan diatas disimpan dalam sebuah
balai – balai di dekat posi bola. Bahan ini semua mengandung nilai
harapan agar kehidupan dalam rumah itu serba lengkap dan serba cukup. Setelah
kesemuanya itu sudah dilaksanakan, barulah tiba saat Mappanre Aliri,
memberi makan orang – orang yang bekerja mendirikan tiang – tiang rumah itu.
Makanan yangf disajikan terdiri atas sokko (ketan), dan pallise,
yang mengandung harapan agar hidup dalam rumah baru tersebut dapat senantiasa
dalam keadaan cukup. Tahap Upacara Menre Bola Baru (Naik Rumah Baru)
Tujuannya sebagai pemberitahuan tuan rumah kepada
sanak keluarga dan tetangga sedesa bahwa rumahnya telah selesai dibangun,
selain sebagai upacara doa selamat agar rumah baru itu diberi berkah oleh Tuhan
dan dilindungi dari segala macam bencana. Perlengkapan upacara yang disiapkan
adalah dua ekor ayam putih jantan dan betina, loka (utti) manurung, loka
/ otti (pisang) panasa (nangka), kaluku (kelapa), golla
cella (gula merah), tebbu (tebu), panreng (nenas) yang
sudah tua. Sebelum tuan rumah (suami isteri) naik ke rumah secara resmi, maka
terlebih dahulu bahan bahan tersebut diatas disimpan di tempatnya masing –
masing, yaitu : (1) Loka manurung, kaluku, golla cella, tebu, panreng
dan panasa di tiang posi bola. (2) Loka manurung
disimpan di masing–masing tiang sudut rumah.
Tuan rumah masing–masing membawa seekor ayam
putih. Suami membawa ayam betina dan isteri membawa ayam jantan dengan
dibimbing oleh seorang sanro bola atau orang tertua dari keluarga yang
ahli tentang adat berkaitan dengan rumah. Sesampainya diatas rumah kedua ekor
ayam itu dilepaskan, sebelum sampai setahun umur rumah itu, maka ayam tersebut
belum boleh disembelih, karena dianggap sebagai penjaga rumah. Setelah peserta
upacara hadir diatas rumah maka disuguhkanlah makanan–makanan / kue–kue
seperti suwella, jompo–jompo, curu maddingki, lana–lana (bedda), konde–konde
(umba–umba), sara semmu, doko–doko, lame–lame. Pada malam harinya diadakanlah
pembacaan Kitab Barzanji oleh Imam Kampung, setelah tamu pada malam itu pulang
semua, tuan rumah tidur di ruang depan. Besok malamnya barulah boleh pindah ke
ruang tengah tempat yang memang disediakan untuknya.
Tahap Upacara Maccera Bola.
Setelah rumah itu berumur satu tahun maka
diadakanlah lagi upacara yang disebut maccera bola. “Maccera Bola”
artinya memberi darah kepada rumah itu dan merayakannya. Jadi sama dengan ulang
tahun. Darah yang dipakai maccera ialah darah ayam yang sengaja dipotong untuk
itu, pada waktu menyapukan darah pada tiang rumah dibacakan mantra, “Iyyapa
uitta dara narekko dara manu”, artinya nantinya melihat darah bila itu
darah ayam. Ini maksudnya agar rumah terhindar dari bahaya. Pelaku maccera
bola ialah sanro (dukun) bola atau tukang rumah itu
sendiri.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar